banner Iklan

Tak Ingin Bergantung Pada Sektor Migas, Legislator Kaltim Dorong Pengelolaan komoditas Mentah Potensial

Anggota Komisi II DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Firnadi Ikhsan

Samarinda, Gayamnews.com – Isu ketergantungan ekonomi Kalimantan Timur pada sektor migas dan batu bara kembali menjadi sorotan DPRD Kaltim.

Anggota Komisi II DPRD Kaltim, Firnadi Ikhsan, mengingatkan pentingnya langkah diversifikasi ekonomi sebagai bagian dari strategi memperkuat kemandirian daerah dalam jangka panjang.

“Selain migas dan batu bara, perkebunan tetap menjadi primadona di Kaltim. Kita memiliki lahan yang luas untuk pengembangan perkebunan, baik sawit maupun komoditas lain seperti kelapa, ungkapnya saat ditemui, Senin (26/2025).

“Belum lama ini, muncul ide untuk menggalakkan perkebunan kelapa yang potensi pasarnya sangat tinggi,” sambung Firnadi.

Ia juga menyampaikan perlunya memanfaatkan potensi besar yang potensial seperti sektor perikanan dan peternakan. Dua sektor ini, menurut Firnadi, bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi lokal jika dikelola secara serius dan terstruktur.

“Pengelolaan perikanan dan peternakan menyimpan peluang ekonomi yang belum sepenuhnya tergali. Kedua sektor ini bisa menjadi sumber PAD andalan jika dikelola dengan teknologi dan manajemen modern,” terangnya.

Lebih jauh, Firnadi menekankan pentingnya membangun sektor industri pengolahan sebagai lanjutan dari sumber daya alam yang selama ini hanya dijual dalam bentuk mentah.

“Kita harus berpikir ke depan dengan mengembangkan industri turunan migas dan batu bara. Selama ini, potensi hilirisasi seperti pengolahan produk turunan batu bara atau gas masih minim dimanfaatkan. Padahal, ini bisa menjadi sumber pendapatan jangka panjang,” tegas Firnadi.

Ia mencontohkan bentuk hilirisasi yang bisa dikembangkan, seperti industri kimia berbasis gas alam dan pabrik briket batu bara. Hal ini tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.

“Kaltim tidak boleh bergantung pada komoditas mentah. Pengembangan industri hilir adalah kunci agar nilai ekonomi tidak ‘terbang’ ke daerah atau negara lain,” tutupnya. (Adv)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *