Banjir Di Kampung Suaran, Diduga Akibat Pembabatan Hutan Oleh Perusahaan
Berau, Gayamnews.com — Kampung Suaran dilanda banjir cukup besar pada jum’at (27/9/2024) lalu. Warga dari tiga RT di Kampung Suaran pun terdampak akibatnya.
Kepala Kampung Suaran, Arif Sugiarto, mengatakan bahwa Pemerintah Kampung akan Menginventarisir data-data warga yang ada di RT 1, RT 2, dan RT 3.
“Untuk RT 1 65 KK, RT 2 51 KK, RT 3 281 KK itu hanya data kan real dilapangan pasti ada yang terlewat,” ucapnya kepada gayamnews.com.
Bahkan, dirinya menyampaikan bahwa ada fasilitas Pemerintah Kampung yaitu rumah ibadah. Yakni, musholla yang rusak akibat banjir yang volume nya besar ini.
“Fasilitas Kampung musholla kalau tidak dibangunkan bronjong. Maka akan terus terdampak. Kurang lebih 400 meter panjangnya,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa ada beberapa rumah yang perlu direlokasi. Jika tidak, maka ketika terdapat banjir maka rumah-rumah tersebut akan tenggelam kembali.
“Ada beberapa rumah warga sekita 10 rumah yang banjir kecil saja telah sampai atap dan perlu direlokasi. Jadi kalau banjir besar maka rumahnya akan tenggelam,” jelasnya.
Arif Sugiarto pun meminta adanya perhatian dari perusahaan yang telah membabat hutan di sekitar Kampung Suaran. Seperti melakukan reboisasi.
“Telah diketahui perusahaan masih rutin beraktivitas. Kemudian untuk sekarang banjir besar ialah pertama kali. Tiga tahun terakhir banjir ini yang terbesar. Perusahaan ini intens beroperasi namun, tidak memperhatikan dampak lingkungan, sehingga perlu untuk perusaahan yang beroperasi untuk bertanggung jawab,” tegasnya.
Banjir yang terjadi di Kampung Suaran memang sering terjadi. Bahkan sejak Kampung Suaran berdiri sendiri sejak tahun 2007. Banjir telah terjadi di Kampung tesebut.
Salah satu masyarakat yang terdampak banjir, Murdi mengungkapkan kepada Pejabat yang hadir meninjau lokasi banjir. Bahwa bencana ini terjadi akibat aktivitas perusahaan yang membabat hutan di hulu sungai.
“Jika Pohon di hulu sungai masih ada. Tidak mungkin banjir terjadi begitu besar,” ujarnya.
Aliran sungai utama yang telah tidak memiliki hutan lindung. Sehingga masyarakat Kampung Suaran meminta kepada PT Tanjung Redeb Hutani agar dapat melakukan reboisasi yakni penanaman pohon kembali. Sehingga dirinya meminta agar pemerintah dapat mengawal. Serta mengambil langkah agar PT TRH menjalankan tanggung jawabnya.
“Tolong pak agar dapat dikawal, Supaya hutan tidak digundul lagi pak,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa keresahan ini diutarakan agar generasi selanjutnya tidak terdampak. Sehingga perlu adanya reboisasi untuk keberlangsungan generasi selanjutnya.
“Kami sering menyuarakan namun tidak di dengar oleh perusahaan terkait. Kalau bahasa Berau itu ” Paningal”,” pungkasnya. (mit)
